Tahun baru Imlek, momen yang selalu dinanti oleh banyak orang di seluruh dunia. Setiap kali pergantian tahun ini datang, suasana hati pun menjadi lebih ceria, penuh harapan dan kebersamaan. Di balik kemeriahan yang terlihat jelas di jalanan dan rumah-rumah, tersembunyi makna dan tradisi yang tak lekang oleh waktu. Seperti halnya pada tradisi Imlek, yang telah dipenuhi dengan kebiasaan-kebiasaan yang kaya akan nilai-nilai budaya dan kepercayaan.
Malam itu, langit berkilau dengan kembang api yang meriah, mengiringi kehadiran hari pertama tahun baru Imlek. Tak hanya di luar rumah, di dalam rumah, segala sesuatu tampak disiapkan dengan penuh cermat. Dari hiasan yang bernuansa merah dan emas, hingga hidangan yang melimpah sebagai simbol kemakmuran dan keberuntungan yang diharapkan datang dalam setahun ke depan. Sebuah simbol keindahan dan keberagaman yang selalu hadir dalam perayaan ini.
Salah satu ikon yang paling khas dalam perayaan Imlek adalah barongsai, tarian yang tak pernah absen setiap tahun. Suara gendang dan lonceng yang berirama keras menjadi pemecah keheningan malam. Barongsai, dengan gerakan-gerakan lincah, tak hanya menghibur, tetapi juga mengandung filosofi mendalam. Tarian ini diyakini dapat mengusir roh jahat dan mendatangkan energi positif, membuka jalan bagi kemakmuran yang diharapkan. Melihatnya adalah sebuah pengalaman magis, di mana setiap gerakan dan bunyi membawa semangat baru.
Di sisi lain, warna merah yang mendominasi segala hal mulai dari dekorasi hingga pakaian, menyimpan makna tersendiri. Warna ini bukan hanya simbol kegembiraan, tetapi juga lambang keberuntungan. Bagi masyarakat Tionghoa, merah adalah warna yang membawa harapan, mengusir segala kesulitan dan membuka pintu rezeki. Ada pula warna emas yang melambangkan kemakmuran, menambah semarak suasana dengan kilauan yang membuat segala sesuatu tampak lebih megah. Tradisi ini sudah ada sejak zaman dahulu, dan terus dilestarikan dengan penuh rasa hormat terhadap nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Tak kalah penting adalah momen kebersamaan keluarga. Saat Imlek, keluarga-keluarga Tionghoa berkumpul, melakukan sembahyang bersama sebagai bentuk syukur atas berkah yang telah diterima. Ritual ini adalah saat-saat yang penuh kedamaian, saat di mana setiap doa dipanjatkan dengan penuh harapan agar kehidupan yang penuh berkah dapat terus berlanjut. Persembahan berupa makanan, seperti jeruk dan makanan lain yang mewakili unsur alam, menjadi simbol rasa terima kasih dan harapan akan kelimpahan.
Dan kemudian, ada tradisi berbagi angpao. Tradisi ini, yang selalu dinanti-nanti oleh anak-anak dan anggota keluarga yang masih lajang, adalah cara untuk saling memberikan harapan terbaik. Angpao, yang dibalut dengan amplop merah dan emas, bukan sekadar pemberian uang, tetapi juga doa dan harapan untuk kelancaran hidup dan rezeki yang melimpah. Tak ada yang lebih menyentuh daripada melihat senyum lebar anak-anak yang menerima angpao, penuh dengan harapan yang tak terucapkan.
Di setiap sudut, ada kue keranjang, makanan manis yang memiliki makna filosofis. Kue keranjang, dengan bentuk bulatnya yang sederhana, melambangkan harapan agar keluarga selalu bersatu dan harmonis, meskipun dalam segala situasi. Tak lengkap rasanya merayakan Imlek tanpa hadirnya kue keranjang di meja, simbol manisnya kehidupan yang diinginkan oleh setiap keluarga.
Saat itu, bahasa menjadi sarana yang menyatukan. Di antara semua tradisi dan ritual, ada frasa-frasa yang menggema di telinga, ucapan selamat yang mengandung doa dan harapan baik. “Gōng xǐ fā cái,” ucapan klasik yang mengalun di setiap pertemuan, mengirimkan harapan agar segala hal berkembang dan semakin makmur. Atau “Xīn nián kuài lè,” yang lebih sederhana namun penuh dengan kegembiraan, mengungkapkan harapan agar tahun baru membawa kebahagiaan. Begitulah cara orang-orang menyambut tahun baru, dengan penuh kebersamaan, harapan, dan doa yang dipanjatkan bersama.
Dalam kebersamaan itu, Imlek menjadi lebih dari sekadar perayaan tahun baru. Ia adalah waktu untuk mengingat dan melestarikan nilai-nilai yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Sebuah momen untuk menghargai keluarga, berbagi kebahagiaan, dan berharap akan kehidupan yang lebih baik. Pada akhirnya, Imlek bukan hanya soal tradisi, tetapi juga tentang rasa syukur dan harapan yang mengalir deras dalam setiap doa dan ucapan yang terucap.
https://it.telkomuniversity.ac.id/category/blogs/